daunijo.com-Akuaponik banyak diaplikasikan di lapangan dengan berbagai macam pilihan model. Jenis yang tergolong sederhana dapat dilihat dari tidak adanya penggunaan pompa air, timer, siphon dan filter air secara langsung baik biologis maupun mekanis. Model yang lebih kompleks selain ditandai dengan penggunaan bagian di atas juga dibarengi dengan pengontrolan pH air dan juga suhu. Tentunya model seperti ini perlu pengetahuan yang lebih serta alat bahan yang memadai.
Berikut ini ditampilkan beberapa model akuaponik yang banyak digunakan sebagai acuan pilihan untuk mulai akuaponik. Jenis tidak ditampilkan atas penggolongan tertentu namun lebih pada bentuk penerapan di lapangan saja.
1. Rakit Apung Sterofoam
Jenis ini menggunakan prinsip floating raft atau rakit apung dengan sterofoam sebagai pelampung di atas permukaan kolam. Netpot-netpot yang berisi tanaman ditempatkan dalam lubang-lubang yang dibuat pada lembaran sterofoam. Rakit sterofoam dapat ditempatkan langsung di dalam kolam ikan atau dibuatkan tempat terpisah sehingga akar tanaman tidak terganggu oleh aktivitas ikan.
2. Rakit Apung pipa Paralon
Prinsip kerjanya sama dengan rakit apung apung sterofoam hanya saja dengan pelampung dari pipa pralon. Pipa pralon disusun hingga dapat menanggung beban media tanam yang diikat pada pipa. Umumnya digunakan wadah tanam yang lebih besar pada rakit apung pipa pralon ini. Keranjang sampah atau ember berlubang yang disusun berjajar dapat digunakan sebagai wadah tanam model ini. Instalasi langsung diletakkan di permukaan air kolam sehingga kapasitas luas pemasangan perlu dibatasi agar tidak mengganggu sinar matahari ke dalam kolam.
3. Rakit Apung Botol
Sama seperti rakit apung pipa paralon, model ini langsung diletakkan di atas permukaan air kolam. Fungsi pelampung dijalankan oleh botol-botol yang diikatkan di pinggir-pinggir wadah tanam. Tanaman ditempatkan dalam wadah-wadah yang berisi media tanam. Dalam model ini umumnya dipilih media tanam yang tidak begitu berat seperti akar pakis, arang sekam atau arang kayu.
4. Rakit Apung Bambu
Rakit apung bambu ini memanfaatkan potensi tanaman bambu yang mudah diperoleh di pedesaan. Instalasi menggunakan pelampung berupa batang bambu yang dipotong dan disusun sejajar. Bambu yang memiliki rongga udara di dalamnya dapat mengapung dengan cukup baik di atas permukaan kolam. Wadah tanam ditempatkan di antara dua batang bambu panjang sejajar ini dan diikat dengan kuat.
5. DFT-NFT Pipa Paralon
Model ini mengadopsi sistem hidroponik yang banyak digunakan. Instalasi pipa PVC yang disusun digunakan sebagai tempat aliran air sekaligus rak tanam. Pada DFT aliran air dibuat agak tinggi, sementara pada nft aliran air dibuat tipis. Model ini memerlukan pompa air dan cocok digunakan untuk penanaman tanaman daun yang berukuran tidak begitu besar. Sementara untuk nft pilihan jenis tanaman terbatas pada jenis yang tidak memiliki akar terlalu invansif yang dapat menutup aliran air.
6. DFT-NFT Talang Air
Prinsip kerjanya sama seperti dft atau nft pada pipa pralon hanya saja diterapkan pada talang air. Untuk menutup bagian atas talang yang terbuka bisa digunakan potongan lembaran sterofoam yang dilubang sebagai tempat pemasangan netpot. Karena permukaannya yang lebih luas, dibandingkan penggunaan pipa paralon, talang air tidak terlalu cepat tersumbat aliran air di dalamnya.
7. Ember / Bak Serial Pasang Surut
Susunan ember atau bak tanam yang dirangkai serial digunakan sebagai wadah tanam. Pada model ini air dialirkan ke dalam bak-bak beberapa saat, kemudian dibuat surut beberapa saat kemudian. Proses pengisian dan pengosongan aiar berlangsung terus menerus hingga dinamakan sistem pasang surut. Untuk membuat pasang surut ini dapat digunakan pompa air yang dihubungkan dengan sebuah timer atau dengan penggunaan siphon yang bisa menguras air secara otomatis saat mencapai ketinggian tertentu.
8. Ember/Bak Serial Aliran Atas
Pada model ini bak-bak tanam di susun mengitari keliling kolam ikan. Air yang dipompa dari kolam kemudian dialirkan ke dalam bak-bak dari arah atas. Media tanam akan menjadi basah dan air yang turun akan kembali masuk ke dalam kolam melalui saluran yang dibuat di bagian bawah wadah tanam.
9. Ember / Bak Serial Aliran Bawah
Pada model ini air dari kolam dialiran ke dalam susunan bak tanam yang saling terhubung dari arah bawah. Air akan menggenangi media tanam dan dapat di atur ketinggian yang diinginkan. Aliran air berlangsung secara terus menerus dan kontinu sehingga ketinggian air dalam bak tanam relatif tetap.
10. Bak Lebar dengan Media Pasang Surut
Prinsip model ini adalah penggunaan pasang surut air pada sistem. Perbedaannya hanya pada luas wadah tanam yang digunakan. Model ini menggunakan bak-bak yang lebar dan media tanam langsung diisikan ke dalamnya. Untuk membuat pasang surut bisa ditambahkan sistem sifon pada bak tanam. Kelemahan model ini adalah beban bak tanam yang cukup berat hingga diperlukan instalasi dengan kekuatan memadai untuk penopang.
11. Bak Lebar dengan Aliran Kontinu
Instalasi model ini sama dengan instalasi pada bak lebar dengan pasang surut. Bak tanam dapat dibuat dari ember-ember bundar yang berdiameter besar, potongan separuh drum, susunan papan kayu, atau bahan lain yang dibuat bentuk kotak atau tabung. Perbedaannya air dibuat mengalir kontinu pada media tanpa adanya proses pasang surut sehingga tidak diperlukan adanya siphon.
12. Akuaponik Vertikal Pipa Tunggal
Model ini mengadopsi sistem vertikal culture dengan pipa vertikal pada sistem hidroponik. Pipa dibuat lubang-lubang di sekelilingnya sebagai tempat dudukan netpot dan diposisikan berdiri. Air dari kolam kemudian dialirkan melalui bagian atas pipa sehingga turun dan membasahi media pada netpot.
Demikian beberapa model yang bisa dijadikan pilihan untuk sistem akuaponik pada kolam ikan. Sistem mana yang dipilih tentunya dapat disesuaikan dengan kondisi dan selera masing-masing.
Leave a Reply