Bagi penggemar aktivitas sambung-menyambung tanaman, tanaman cepokak memang menarik untuk dikoleksi. Banyak tanaman budidaya pertanian yang cocok untuk disambungkan dengan tanaman cepokak. Sebutlah tomat, papino, terong engkol dan aneka jenis terung lain seperti terung hijau dan terung ungu dapat dijadikan sebagai batang atasnya. Tentu menarik jika berhasil memiliki kombinasi tanaman-tanaman di atas. Sayangnya tidak banyak daerah sini yang membudidayakan tanaman takokak ini sehingga untuk mendapatkan bibitnya terkadang harus mencari tanaman yang tumbuh liar di ladang atau persawahan.
Berburu tanaman cepokak di area persawahan
Tanaman cepokak biasanya banyak tumbuh liar di persawahan atau ladang terutama yang sedang ditanami dengan palawija seperti gambas, kacang panjang atau juga mentimun. Tanah yang tidak tergenang menjadi kesempatan baik bagi bibit cepokak untuk tumbuh. Terkadang jika kurang jeli, tanaman ini dikira sebagai tanaman terung yang akan berbuah besar karena penampilannya yang hampir-hampir mirip terutama saat masih kecil. Sebenarnya tanaman ini dengan mudah dibedakan dari terung yaitu adanya duri dan daunnya yang menjari.
Sore ini penulis menyusuri bagian-bagian sawah yang sedang ditanami gambas atau oyong, sebagian lagi ditanami padi. Menurut informasi tetangga, cepokak atau terung pipit ini masih sering muncul di area ini. Awalnya sempat juga pesimis untuk dapat menjumpai tanaman ini karena area sekitar bedengan gambas tampak bersih habis dilakukan pembersihan rumput-rumput liar. Daerah-daerah sekitar bedengan dan pematang telah diperiksa dengan teliti, namun hasilnya nihil, tak satupun dapat dijumpai tanaman ini.
Nyempil di ujung selokan
Pencarian berlanjut. Logikanya bibit tanaman ini berasal dari buah yang termakan oleh hewan dan bijinya tidak tercerna, atau biji tanaman ini terbawa oleh aliran air. Ya, aliran air. Pencarian harusnya difokuskan di sekitar selokan sawah yang sering jadi saluran air irigasi atau area-area bekas limpahan air.
Benar juga, di ujung saluran yang masuk ke sebuah area sawah nampak satu tanaman cepokak tumbuh di bibir selokan. Nampaknya memang biji tanaman ini terbawa air dan nyangkut di situ. Akhirnya dapat juga satu bibit cepokak yang dicari-cari.
Belum puas mendapatkan satu tanaman, pencarian berlanjut lagi. Jika di situ ada tanaman cepokak, kira-kira masih ada lagi yang lain di sekitarnya. Satu tanaman lagi berhasil ditemukan tengah asyik bertengger di lereng sawah. Tanaman ini telah memiliki cabang dua yang muncul mulai dari bawah. Nampaknya si cepokak ini memilih tumbuh di lereng agar tidak dibabat orang.
Satu tanaman lagi dengan ukuran agak besar diperoleh tepat di pematang sawah tumbuh diantara rumput-rumput yang nampaknya belum sempat dibersihkan. Nampaknya tanaman ini bekas dibabat dan tumbuh lagi terlihat dari batang bawahnya yang sudah besar. Memang di pedesaan tanaman ini kadang malah dianggap gulma pengganggu sehingga sering dibabat jika ditemukan di area sekitar sawah.
Bibit cepokak pindahan biasanya daunnya segera melemas seperti layu setelah dibongkar dan diangkat dari tanah. Segera bibit cepokak ini dipangkas daunnya kemudian ditanam dalam polibag.
Tiga bibit cepokak, mengakhiri perburuan sore ini.
Saya ada banyak cepokak kang hehe..kebetulan hobi sambung menyambung jga
wah mantap tu mas apalagi kalo batangnya sudah gede, bisa bikin pohon terong tertinggi sedunia hehe