Daftar Nilai pH, EC dan PPM Beberapa Tanaman Hidroponik

daunijo.com- Tiap jenis tanaman memiliki kondisi tertentu yang berbeda dengan lainnya untuk dapat tumbuh optimal. Demikian juga dalam pembuatan larutan untuk nutrisi hidroponik. pH larutan, EC larutan dan ppm larutan sebaiknya disesuaikan dengan jenis tanamannya. Berikut ini tabel nilai pH, EC, dan ppm dari beberapa tanaman yang sering ditanam secara hidroponik. PH menunjukkan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Makin tinggi pH suatu larutan tingkat basa makin tinggi. Sebaliknya semakin rendah pH suatu larutan, sifat asam makin tinggi.

Tingkat banyaknya partikel yang ada dalam larutan dinyatakan dengan ppm (parts per million). Semakin tinggi ppm zat terlarut di dalamnya semakin banyak atau semakin pekat. Sementara itu dari EC (electroconductivity) dapat dilihat tingkatan konduktivitas dari larutan.

 

Tanaman pH ppm EC
Asparagus 6,0-6,8 980-1260 1,4-1,8
Bayam 5,5-6,0 1260-1610 2,0-2,5
Brokoli 6,0-6,5 1960-2450 2,8-3,5
Cabe 5,8-6,3 1400-2100 2,0-3,0
Cabe Pedas 6,0-6,5 2100-2450 3,0-3,5
Capsicum 6,0-6,5 1260-1540 1,8-2,2
Kembang Kol 6,0-7,0 1050-1400 0,5-2,0
Kentang 5,0-6,0 1400-1750 2,0-2,5
Ketimun/Mentimun 5,8-6,0 1190-1750 1,7-2,5
Kubis 6,5-7,0 1750-2100 2,5-3,0
Lobak 6,0-7,0 840-1540 1,6-2,2
Melon 5,5-6,0 1400-1750 2,0-2,5
Okra 6,5 1400-1680 2,0-2,4
Pak-choi 7,0 1050-1400 1,5-2,0
Selada 5,5-6,5 560-840 0,8-1,2
Seledri 6,5 1260-1680 1,8-2,4
Semangka 5,8 1260-1680 1,5-2,4
Strowberi 5,6-6,5 1260-1540 1,8-2,2
Terung 5,5-6,5 1750-2450 2,5-3,5
Tomat 5,5-6,5 1400-3500 2,0-5,0
Wortel 6,3 1120-1400 1,6-2,0

Referensi: homehydrosystems[dot]com

Pengukuran pH larutan dapat dilakukan dengan alat pH meter. Jika tidak ada alat ini pH larutan dapat diperkirakan dengan kertas pH. Alat lain yang diperlukan adalah TDS atau EC meter untuk mengukur kepekatan dan daya hantar larutan (konduktivitas).

ph-meter

Tabel di atas dalam bentuk range angka sekian sampai sekian bukan dalam harga  tetap karena kebutuhan tanaman yang tidak selalu sama. Tanaman yang menginjak dewasa atau mulai berbuah misalnya akan membutuhkan larutan nutrisi yang lebih pekat dibandingkan saat awal tanam atau penyemaian.

Sebagai contoh perubahan penerapan nilai EC pada tanaman kangkung hidroponik yang dilansir dari majalah Trubus edisi Agustus 2016. Seorang praktisi hidroponik menggunakan EC 0,8 saat penyemaian benih kangkung. Setelah benih tumbuh dan usia tanaman 5 hingga 10 hari setelah semai, EC digunakan pada angka 1,2. Usia 10 hari hingga kangkung memasuki saat panen EC dinaikkan hingga angka 2,5.

Selain faktor pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pengaruh suhu dan musim juga turut berpengaruh dengan kepekatan larutan. Di saat musim lebih panas, larutan dibuat lebih encer dibandingkan saat musim yang lebih dingin. Secara umum tumbuhan memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih tinggi saat cuaca dingin, sementara itu saat panas tumbuhan banyak menyerap air dan berkurang kebutuhan nutrisinya.